Thursday, January 13, 2011

Bergerak Lenyap akan suatu yang kelam

Juli 2008

Rheina menatap gantungan hp itu. Kecil dan mungil. Biru bergambar tokoh kartun kegemaran anak-anak. (Doraemon)
Dulu, senyuman selalu menghiasi tatapan Doraemon. Tapi tidak sekarang. Luntur dan Kering.
Hanya asa dan perih yang terlintas saat mengingat berbagai gumpalan kenangan bersama benda itu.
"dulu iya, tidak sekarang" ujar Rheina sembari melepas gantungan itu. Sakit iya, tapi harus. Bukan hanya melepaskannya dari hp namun sekaligus melepas segala memori yang terlekat di hati Rheina.

Januari 2009
Awal tahun baru yang dimulai dengan rasa yang imajiner dan kosong. Untuk sekian kali pipi Rheina basah akan tangisan. Tidak kali ini.
Ia harus bertindak tegas akan segalanya. Termasuk membunuh segala ingatannya akan si doraemon serta orang di baliknya.
Sedih memang tapi tidak mungkin akan terus seperti itu.
"sudahlah" Rheina menghela napas panjang dan meletakkan benda itu ke suatu tempat yang takkan ia lirik lagi.

Pikiran Rheina berkecambuk antara marah dan pasrah. Mungkin sudah takdirnya begini. Mungkin akhir dengan kehadiran "seseorang baru" menjadi segelintir rasa pahit di ujung hubungan. Mungkin Rheina adalah penengah yang akan mengantarkan kekasihnya itu ke tangan yang lain. Tangan yang lebih tepat nan lekat. Rheina mengakui bahwa ini bukan kisah yang kental akan rasa manis. Karena berakhir dengan bisu dan sembilu.
"kepada video yang dibuatkan khusus untukku, buku buatan tangan khusus buatku, lampu doraemon bersama dorami, dan semuanya..terima kasih" sahut Rheina merapikannya dan menyimpannya. "sudah saatnya kalian beristirahat dan bersembunyi untuk waktu yang lama. Sudah lelah kalian bermain di antara senang dan gembiraku"

Rheina terperanjat. Mengucapkan syukur. Bahwa ia masih memiliki berbagai orang di belakangnya. Keluarga dan teman-teman yang tak dapat ia sebutkan satu persatu. Semuanya memiliki peran masing-masing untuk bermain dalam kisah pendek Rheina. Semuanya sebagai protogonis di tengah bagian yang tragis.

"untuk seorang wanita yang sempat menganggap saya adalah perebut lelakimu, ambillah dia. pergilah." Rheina berdeham sejenak. "aku telah memutuskan untuk memilih jalanku sendiri. Sungguh bodohnya aku untuk menunggu keputusan orang lain. Mengharapkan jawaban orang lain. Tidak. Inilah hidupku dan akulah yang putuskan jalanku"

Rheina berjalan pelan, pergi meninggalkan segala pahitnya. "ini akan berubah menjadi manis bila tiba pada waktunya" ucapnya sambil tersenyum getir.


No comments: