Wednesday, November 24, 2010

Kota Seni - Kota Sedih



Oke, mengapa gw bilang kota seni - kota sedih?

bukan karena acaranya yang sedih. melainkan membuat gw menjadi kesepian sejenak.

waktu itu gw jadi dokumentasi buat acara kota seni dan acara sempat terhenti karena hujan lebat yang mengguyur kampus UI Depok. Alhasil artis-artisnya tampil rada malem.
Gw inget banget waktu itu jam 10an kalo gak salah si Adhitia Sofyan tampil dengan lagu "galau" nya itu.


"I’ll be looking at my window seeing Adelaide sky.. Would you be kind enough to remember"

gw berdiri di samping panggung buat ngambil gambar dan kebetulisan emang stage ini kosong. Kebanyakan penonton dan para juru foto berada di depan. Pas banget si doi nyanyi dan bikin gw semakin galau, gw jadi kicep seribu kicep. Saat itulah gw ngerasa kesepian banget di mana kondisi lagi capek dan gak ada siapa-siapa di samping gw kecuali..........orang pacaran yang berdiri tepat di samping gw. Siaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaal!!

Liat mereka yang mesra-mesra anget apalagi gerimis kan, bikin pengen gw kentutin aja tuh! mana di samping stage sepi lagi. bikin gw semakin sedih dengan kesendirian. gw cuman meluk-meluk si meong aja (kamera gw). hix hix T__T

Tuesday, November 9, 2010

On the Way..

Di mulai dengan aku yang bimbang...
diam dan hanya duduk di tempat




dan terkadang merasa bodoh untuk memasang topeng (?)




bahkan aku menghabiskan waktuku..
mungkin untuk yang kesekian kali
detiknya terus bejalan bukan?
tapi tidak dengan pikiranku..seakan sirna





lalu, apakah aku dapat menghentikan laju jarum panjang dan pendek?
(tidak..)


Soreku bicara dalam bisu



Hujan baru saja turun beberapa menit lalu. Aku duduk di bangku taman menikmati udara sore yang mulai cerah di antara dedaunan yang basah akan rintikan air. Sayup-sayup ku kurasa. Rambut ikalku berhembus pelan dan kembali ku menatanya tuk membuatnya rapi (kembali). apa yang kalian pikirkan ketika tau aku duduk di bangku taman ini? menunggu seseorang? Tidak. aku hanya duduk untuk menghela napas sore, rasa yang bisu, dan pikiran yang kelu. Raut wajah ku datar kawan, entah mengapa seperti mati rasa saja aku ini. ku harap ada pelangi datang untuk menemani ku sore ini dan ternyata ia tak hadir. Hanya angin memelukku dengan erat meski dingin. Apa yang membuatku demikian kosong? Tolonglah Tuhan, aku ini bukan makhluk lemah yang rapuh hanya karena masah sepele (kata siapa sepele ya? Hahaha)

Semua datang silih berganti seperti baju bekas dan baju baru. Ada yang baru dan ada yang dibuang. Persis sekali kan? Aah..aku tak ada ide lagi untuk memisalkannya. Meski ruwet ingin ku buatnya jadi singkat dan mudah dipahami. Tapi sepertinya jawabannya tetap tidak. selama berbicara mengenai manusia, ini semua serba tak pasti dan tak mutlak. Relatif dan dinamis — tak konstan.

Redup aku memikirkannya. Layaknya sang guru bertanya pada murid yang belum belajar. Jawabannya asal dan cenderung salah (biasanya begitu). Sungguh aku tak marah dengan kondisi yang demikian klise. Karena aku yang patut menyalahkan diriku sendiri. Menyalahkan aku yang begitu pasrah terhadap kondisi stagnan ini. hahaha!! (aku menertawakan diri ku sendiri. Kalian setuju?)

Bukankah ini semua adalah konstruksi pemikiranku sendiri? Bukankah aku yang menafsirkan semua ini? bukankah aku yang memahami ini semua? Bukankah hanya aku yang mengerti akan kondisi ku sekarang?

Oke, jadi tidaklah layak aku menyalahkan orang lain (memang tidak akan seperti itu – semoga). Rasa susah dan senang itu kan aku yang merasakan. Aku yang menafsirkan itu bernama “kebahagiaan” dan “kesedihan”.

Aku menghirup udara agak dalam dan merenggangkan otot sejenak. Baiklah, biarkan saja aku berkemelut dengan pikiran ku sendiri. Biarkan aku berbalerina bersama angin sore. Biarkan aku menjadi tontonan langit sore tak berpelangi. Biarkan aku menertawakan diri ku sendiri. Dan biarkan aku bercinta dengan soreku yang tak berujung…

Monday, November 1, 2010

Ting Tong





"Potret Wajah Kecil"

(Kota Palopo, Sulawesi Selatan 2010)
"kak..kak..foto dong!!" teriak seorang anak kecil dengan riang kepadaku. Tatapannya memberi sinaran seakan tertera tulisan "FOTOLAH AKU" di matanya. sesaat aku tersentak dan tersenyum kecil sembari mengarahkan fokus lensa ku kepada anak itu.
Entah gaya apa yang ia lakukan, tapi itu seolah berarti bagi nya untuk di abadikan sebagai foto. Spontan setelah ia melakukan 'pose' langsung berlari padaku dan berkata "kak! lihat! lihat! foto aku tadi mana?"

(Desa Margacinta, Garut, Januari 2010)
Hari - cerah. Aku menyiapkan kamera untuk mengambil beberapa potret pagi ini. Di tempat yang cukup asing bagiku dalam pelatihan penelitian, cukup membuatku kesulitan untuk beradaptasi awalnya. Saat aku keluar rumah, beberapa anak sudah berkumpul dan bermain. Untung saja aku sudah berkenalan dengan mereka sebelumnya. Meski aku lupa-lupa ingat. Awalnya mereka malu dan menunduk saat ku potret. Namun, beberapa menit kemudian mereka mulai terbiasa dan tersenyum.
(Desa Malangke, Sulawesi Selatan)
Kedatanganku pada sebuah desa yang sudah lama tak ku kunjungi selama 7 tahun lamanya, membuat ku sedikit terperangah dengan perkembangan desa ini. Jalanan sudah ada yang di beton dan listrik sudah masuk ke desa (meski tetap sering mati listrik). Saya tertuju pada seorang anak perempuan yang berusia kira-kira 12 tahun dengan keterbelakangan mental. Karena relasi antara ibu dan ayahnya yang begitu dekat, ia terlahir tidak normal. Ia belum bisa berbicara dan jalan tak sempurna. Saat ku potret dirinya, ia tersenyum bahkan tanpa dilakukan pendekatan terlebih dahulu ia sudah bisa berekspresi! Satu potret ternyata tak cukup baginya. Meski dengan isyarat, aku mengerti bahwa ia masih ingin di potret. Aku terperanjat menatap anak perempuan itu...

*

Senyuman, canda tawa, bahkan tatapan menyelidik dari seorang anak kecil begitu indah untuk dipotret. Generasi penerus bangsa itu harus tetap di bangun mental nya untuk terus maju dan berkembang. Sehingga mereka dapat berekspresi dan berpikir kreatif.
Wahai anak bangsa, berkaryalah....gapai cita mu tanpa batas..


Maret, 2010
20:15