Friday, January 1, 2010

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK


BERBAGAI PENDEKATAN

DALAM ILMU POLITIK

Ilmu politik mengenal beberapa pendekatan. Beberapa di antaranya ialah:

· Pendekatan legal/intutisional

· Pendekatan perilaku

· Pendekatan Neo-Marxis

· Teori ketergantungan ( Dependency Theory)

· Pendekatan pilihan rasional (Rational Choice)

· Pendekatan Intutisional Baru

* Pendekatan legal/ Instutisional

Dalam pendekatan ini, negara menjadi fokus pokok. Bahasan tradisional menyenagkut antara lain sifat dari undang-undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan badan yudikatif. Bahasan ini bersifat statis dan deskriptif daripada analitis, dan banyak memakai ulasan sejarah. Pendekatan ini bersifat normative (yaitu sesuai dengan ideal atau standar tertentu) dengan mengasumsikan norma-norma konstitusional yang formal.

Kelemahan dari pendekatan ini:

Kurang memberi peluang bagi terbentuknya teori-teori baru.

* Pendekatan perilaku

Sebab-sebab kemunculan pendekatan perilaku:

1) Sifat deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan karena tidak realistis dan sangat berbeda dengan kenyataan sehari-hari.

2) Ada kekhawatiran bahwa jika ilmu politik tidak maju dengan pesat, ia akan ketinggalan dibanding dengan ilmu-ilmu lainnya.

3) Dikalangan pemerintah Amerika telah muncul keraguan mengenai kamampuan para sarjana ilmu politik untuk menerangkan fenomena politik.

Salah satu pemikiran pokok dari Pendekatan Perilaku adalah mempelajari perilaku (behavior) manusia karena merupakan gejala yang benar-benar dapat diamati.

Pendekatan ini tidak menganggap lembaga-lembaga formal sebagai titik sentral atau sebagai aktor yang independen, tetapi hanya sebagai kerangka bagi kegiatan manusia.

Penganut pemikiran ini meneliti tidak hanya perilaku kegiatan manusia, melainkan juga orientasinya terhadap kegiatan tertentu seperti sikap, motivasi, persepsi, evaluasi, tuntutan, harapan, dan sebagainya. Pendekatan ini cenderung untuk bersifat interdisipliner. Ia tidak hanya mempelajari factor pribadi, tetapi juga faktor-faktor lainnya seperti budaya, sosiologis, dan psikologis.

Kelemahan dari pendekatan ini:

Pendekatan ini terlalu steril karena menolak masuknya nilai-nilai (value-free) dan norma-norma dalam penelitian politik. Lagipula, pendekatan ini tidak peduli atau buta terhadap masalah-masalah sosial yang gawat seperti konflik dan pertentangan-pertentangan pada saat itu yang mengguncangkan masyarakat. \

* Pendekatan Neo-Marxis

Para penganut pendektan ini digambarkan sebagai kelompok-kelompok kecil yang teridiri dari cendikiawan yang mendapat inspirasi dari tulisan-tulisan Marx.

Ada dua unsur pemikiran Marx yang bagi mereka sangat menarik:

1) Ramalannya tentang runtuhnya kapitalisme yang tidak terelakkan.

2) Etika humanis yang meyakini bahwa manusia pada hakikatnya baik, dan dalam keadaan tertentu menguntungkan akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas,menghina, dan menyesatkan.

Fokus analisis Neo-Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi dalam negara. Kaum Neo-Marxis memperjuangkan suatu perkembangan yang revolusioner serta multi-linier untuk menghapuskan ketidakadilan yang membentuk tatanan masyarakat yang, menurut mereka, memenuhi kepentingan seluruh masyarakat dan tidak hanya kepentingan kaum borjuis.

Kelemahan pendekatan ini:

Salah satu kelemahan yang melekat pada golongan Neo-Maxis adalah bahwa mereka mempelajari Marx dalam keadaan dunia yang sudah banyak berubah.

* Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

Teori ketergantungan adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga.

Yang menarik dari tulisan-tulisan kalangan pendukung Teori Ketergantungan yang pada awalnya memusatkan perhatian pada Negara-negara Amerika Selatan adalah pandangan mereka yang membuka mata kita terhadap akibat dominasi ekonomi ini. Ini bisa dilihat dari membumbungnya utang kesenjangan sosial-ekonomi dari pembangunan di banyak negara Dunia Ketiga.


* Pendekatan pilihan rasional (Rational Choice)

Pengikut pendekatan ini percaya bahwa kita dapat meramalkan perilaku manusia dengan mengetahui kepentingan-kepentingan dari aktor yang bersangkutan. Optimalisasi kepentingan dan efisiensi merupakan inti dari Rational Choice.

Kelemahan dari pendekatan ini:

Dianggap tidak memerhatikan kenyataan bahwa manusia dalam perilaku politiknya sering tidak rasional, bahwa manusia sering tidak mempunyai skala refrensi yang tegas dan stabil, dan bahwa ada pertimbangan lain yang turut menentukan sikapnya, seperti faktor budaya, agama, sejarah, dan moralitas. Tindakan manusia terinspirasi oleh apa yang baik dan apa yang mungkin. Kritik lain ialah bahwa mementingkan kepentingan sendiri cenderung secara tidak langsung mengabaikan kesejahteraan orang lain dan kepentingan umum, dan seolah-olah mengabaikan unsur etika. Lagi pula skala refrensi manusia dapat saja berubah sepanjang masa.

* Pendekatan Intutisional Baru

Institusional Baru melihat institusi sebagai hal yang dapat diperbaiki kea rah suatu tujuan tertentu, seperti misalnya membangun masyarakat yang lebih makmur. Usaha ini perlu ada semacam rencana atau design yang secara praktis menentukan langkah-langkah untuk tercapainya tujuan itu. Pendekatan ini menjelaskan bagaimana organisasi institusi itu, apa tanggung jawab dari setiap peran dan bagaimana peran dan institusi berinteraksi.

Institusi adalah organisasi yang tertata melalui pola perilaku yang diatur oleh peraturan yang telah diterima sebagai standar. Bagi penganut ini, pokok masalah ialah bagaimana membentuk institusi yang dapat menghimpun secara efektif sebanyaj mungkin preferensi dari para actor untuk menentukan kepentingan kolentif. Perbedaannya dengan Instutisional yang lama ialah perhatian Instutisional Baru lebih tertuju pada analisi ekonomi, kebijakan fiskal dan moneter, pasar dan globalisasi ketimbang pada masalah konstitusi yuridis.

No comments: