Monday, November 16, 2015

Hujan tak menangis






















Perempuan itu menangis tersedu-sedu
Sungguh ia tak ingin berlari dalam hujan
Ingin ia menari seindah-indahnya
di tengah rintik yang kian deras

Bukan, bukan ia membenci hujan
Ia hanya mencinta hujan dalam tangisnya
Dengan begitu, ia tak terlihat menangis
tapi sedang bergembira akan hujan

Ada yang menghujamnya dengan kencang
sangat kuat hingga ia nyaris tak bisa berdiri
tak sanggup untuk melangkah
dan kini ia berdiri di tengah derasnya air dari langit

Ia seperti alat penyimpan maaf dan sesal
Hampir overload
Upaya telah sirna
Raga telah hampa
Harapan tinggal bayangan

Perempuan itu masih menari
Bergoyang sambil meronta
Menikmati rerintikan yang membasahi tubuhnya
Rambut, dahi, mata, hidung, dagu, leher, dan turun ke tubuhnya
Segalanya telah kuyup
demikian hasratnya
Basah mengasah perih

(Salemba, pada Jakarta yang basah)

No comments: