Untuk sayap-sayap biru bening dan mudah retak
Disitulah aku memanggilmu..
Saat dinamika kian riuh dan tak berarti
Untuk secangkir kopi dingin tak beraroma
Tak pekat dan tak lekat akan nilai keadilan
Begitu luntur nan lentur akan sebuah kepiawaian
Untuk sebuah nadi-nadi tak berdarah
Aliran yang terhenti akan cinta dan mesra
Miris mengiris tak berdaya
Terlena… (pasrah)
Untuk bunga tak berkelir
Letih akan rona
Bias tak berarti..
(saat langkah tak tertuju, tempat penuh dengan buku, riuh lalu lalang di sebuah kota berpolusi)
No comments:
Post a Comment