Hari ini aku malas berbenah
malas sekali
Hingga kubiarkan ruangan ini kosong tanpa siapapun
AC kubiarkan nyala
Lampu-lampu tetap mengerjap
TV lalu lalang bicara sendiri
Hari ini Jumat
Biasanya aku segera berlari tepat pukul 4
Hanya untuk mengejar rindu-rindu
Pada waktu yang beradu-adu
Hari ini aku malas berbenah
Sudah pukul 4 lewat tiga puluh delapan
Dan aku tidak gelagapan
Hanya duduk termangu
Diam sunyi bersama layar
yang sedari tadi menatapku sedih
Ah, tidak.
Layar sedang menertawaiku.
Sama saja.
Langit sore hari ini penuh dengan andai-andai
Sungguh penuh dengan janji-janji yang melangit
Tak tersentuh dan menyebalkan
Ah..hari ini aku malas berbenah
(Salemba, dua puluh bulan sebelas)
Friday, November 20, 2015
Monday, November 16, 2015
Photos from Belitung - Indonesia
Hujan tak menangis
Perempuan itu menangis tersedu-sedu
Sungguh ia tak ingin berlari dalam hujan
Ingin ia menari seindah-indahnya
di tengah rintik yang kian deras
Bukan, bukan ia membenci hujan
Ia hanya mencinta hujan dalam tangisnya
Dengan begitu, ia tak terlihat menangis
tapi sedang bergembira akan hujan
Ada yang menghujamnya dengan kencang
sangat kuat hingga ia nyaris tak bisa berdiri
tak sanggup untuk melangkah
dan kini ia berdiri di tengah derasnya air dari langit
Ia seperti alat penyimpan maaf dan sesal
Hampir overload
Upaya telah sirna
Raga telah hampa
Harapan tinggal bayangan
Perempuan itu masih menari
Bergoyang sambil meronta
Menikmati rerintikan yang membasahi tubuhnya
Rambut, dahi, mata, hidung, dagu, leher, dan turun ke tubuhnya
Segalanya telah kuyup
demikian hasratnya
Basah mengasah perih
(Salemba, pada Jakarta yang basah)
Subscribe to:
Posts (Atom)