Thursday, December 13, 2012

Bedah Buku Bersama Merlyn Sopjan


"Betapa hebatnya Tuhan memberikan mata ini untuk melihat banyak keindahan. Itu artinya, Tuhan menyuruh kita untuk melihat perbedaan-perbedaan itu. Lalu mengapa hari ini kita mematikan fungsi dari mata kita sendiri. Mematikan akal kita untuk melihat satu hal saja dan tidak melihat yang lain?”

Begitulah salah satu kutipan yang saya peroleh saat Merlyn Sopjan (Miss Waria Indonesia 2006) menjelaskan latar belakang  puisi yang ia buat dalam buku keduanya berjudul “Jangan (hanya) lihat kelaminku”. Saat itu saya bungkam dan berpikir. Betapa kita, seorang manusia sungguh naif untuk membatasi pikiran kita dalam kotak yang kaku dan tertutup rapat luar biasa. Kita, manusia, cenderung memaknai hal diluar kotak menjadi sesuatu yang ANEH, BURUK, dan MENJIJIKKAN.  
“hari ini, saya menghargai Anda, sebagai seorang individu. Bukan karena sebuah mayoritas. Lalu mengapa, Anda tidak bisa menghargai saya?”
Lontaran tersebut nampak bahwa “kaum di luar garis normal” betul-betul “diperkosa” hasratnya, jiwanya, dan hak nya.
Kita tahu betul, bahwa kaum LGBT belum total diterima oleh masyarakat dan negara kita. Tidak sedikit pula dari masyarakat maupun aparat melakukan kekerasan terhadap kaum tersebut. Kekerasan yang saya maksud di sini bukan hanya kekerasan fisik, melainkan juga psikis. Norma masih menjadi landasan utama bagi masyarakat untuk melakukan tindakan dalam hidup. Tapi, bukan berarti kita menginjak-injak hak orang lain. Bukan berarti kita melakukan “pemerkosaan” terhadap jiwa mereka. Justru kaum merekalah yang sanggup MENERIMA PERBEDAAN. Justru kaum merekalah yang dapat menerima dengan tangan terbuka terhadap KERAGAMAN yang ada. Lalu kita, hanyalah seonggok penonton yang tahu menghina dan berkomentar.


Foto diperoleh dari: http://www.ourvoice.or.id

Foto diperoleh dari: http://www.ourvoice.or.id


Berikut adalah kutipan yang saya peroleh dari Facebook mbak Merlyn Sopjan sekaligus menjadi penutup saat launching buku tersebut. Puisi ini juga ada di dalam buku pertamanya, “Perempuan tanpa V”.

Ketika akhirnya bisa berdamai dengan diri sendiri dan menerima diri sepenuhnya seperti apa yang kita inginkan, yang kemudian lahir adalah rasa yang begitu melegakan.
Ketika tumbuh menjadi satu pribadi unik, kita melewati hidup dan belajar menghargai keunikan orang lain. Dari situ kita akan menghargai keragaman ciptaan Tuhan.
Hampir separuh hidup saya, saya telah bisa menerima diri saya seperti adanya. Dengan penerimaan itu saya berusaha menghargai ketidak sempurnaan yang saya miliki. Saya tidak akan pernah menjadi sempurna. Tak akan pernah. Karena saya hanyalah seorang manusia. Yang terlahir dengan keterbatasan. Yang saya inginkan hanyalah bisa tumbuh, agar saya bisa mensyukuri segala hal yang saya dapat.

Saya masih mempercayai sebuah naluri. Bahwa suatu saat yang tepat, saya akan tau jawaban yang benar akan segala pertanyaan dalam hidup saya. Saya juga masih percaya, bahwa tidak salah untuk tidak tau segala hal. Karena Ke Maha MisterianNYA tetaplah Esa.
Tempat dimana saya ada sekarang adalah tempat yang sudah membuat saya bahagia. Masa lalu saya adalah sahabat terbaik saya hari ini. Masa lalu juga yang membawa saya sampai ke tempat dimana sekarang saya ada. Menjadi pribadi yang kuat dan lebih menghargai hidup.
Saya akan memilih tinggal dalam realita kehidupan yang sekarang saya jalani. Menjadi diri saya sendiri. Menjadi seseorang sesuai langkah membawa saya. Bukan untuk terombang ambing. Tapi untuk membuka hati merasakan keindahan hidup ini dalam pahit dan manisnya. Karena merasakan sukacita akan jadi sempurna ketika sebelumnya rasa sakit telah kita akrabi.
Hari ini, saya melepaskan segala keinginan saya dan memberi Tuhan satu ruang untuk melakukan pekerjaanNYA atas hidup saya. Saya adalah Merlyn. Dan saya seorang Waria yang akan terus bangga dengan keunikan saya.


Menghargai PLURALITAS, tidak hanya terbatas pada SARA. Tetapi juga terhadap keberagaman orientasi seksual seseorang, yakni pada kaum  LGBT.