Monday, January 31, 2011

Luwu, South Sulawesi - Indonesia


Luwu, South Sulawesi, Indonesia - First time I go to this place when I'm still at elementary school. Before going there, my family and I must go to Palopo city and go by jonson (small ship with diesel machine). Beside that route, we can go by car to go to Luwu. But at that time, the road not good enough. Also, there's no electricity. So, if the day going dark we using pelita (small lamp with petrol). But, last day I go there at 2010 conditoin going good. There's no jonson road and replacing by road route also there's electricity in that village.

Share your smile :)

Make a photo shoot with my niece, Elysia Akila Amrin (1 year 7 month)


And this's my niece too from my first sister. My niece names, Helena Victoria Smieszek

Gift Giving in Anthropological Perspective by John F. Sherry, Jr

Here we go! You can find about gift giving (The Gift theory by Marcel Mauss) in Antrhropological Perspective in this journal.
Just click the title and download it for free :)

Info:
Gift Giving in Anthropological Perspective
Author(s): John F. Sherry, Jr.Source: The Journal of Consumer Research, Vol. 10, No. 2 (Sep., 1983), pp. 157-168

Gifts, Commodities, and Social Relations: A Maussian View of Exchange by James Carrier

That's the journal talk about The Gift theory by Marcel Mauss. If you need to make it reference, you can download it for free by clicking the title
Happy reading, happy studying
Enjoy :)

info:
Gifts, Commodities, and Social Relations: A Maussian View of Exchange
Author(s): James CarrierSource: Sociological Forum, Vol. 6, No. 1 (Mar., 1991), pp. 119-136Published by: SpringerStable

Wednesday, January 26, 2011

Saturday, January 15, 2011



"ps: I Leave you"

you're not the reason for me to stuck. Let me find my way to get another things that make me happy. Good bye.

Anywhere


Malangke village-Palopo, South Sulawesi
(Caption: When I'm still primary school maybe in 2001, we need jonson (small boat with diesel machine) from Palopo city. Last time I go to that village in 2010 and there's no waterways. So just land ways and some of the road have using concrete. Most of people in there using wooden house to life although some of them using stone house)







Depok Beach- Yogyakarta (September, 2010)




Anyer beach, Serang-Banten (April 2010)


Thursday, January 13, 2011

Bergerak Lenyap akan suatu yang kelam

Juli 2008

Rheina menatap gantungan hp itu. Kecil dan mungil. Biru bergambar tokoh kartun kegemaran anak-anak. (Doraemon)
Dulu, senyuman selalu menghiasi tatapan Doraemon. Tapi tidak sekarang. Luntur dan Kering.
Hanya asa dan perih yang terlintas saat mengingat berbagai gumpalan kenangan bersama benda itu.
"dulu iya, tidak sekarang" ujar Rheina sembari melepas gantungan itu. Sakit iya, tapi harus. Bukan hanya melepaskannya dari hp namun sekaligus melepas segala memori yang terlekat di hati Rheina.

Januari 2009
Awal tahun baru yang dimulai dengan rasa yang imajiner dan kosong. Untuk sekian kali pipi Rheina basah akan tangisan. Tidak kali ini.
Ia harus bertindak tegas akan segalanya. Termasuk membunuh segala ingatannya akan si doraemon serta orang di baliknya.
Sedih memang tapi tidak mungkin akan terus seperti itu.
"sudahlah" Rheina menghela napas panjang dan meletakkan benda itu ke suatu tempat yang takkan ia lirik lagi.

Pikiran Rheina berkecambuk antara marah dan pasrah. Mungkin sudah takdirnya begini. Mungkin akhir dengan kehadiran "seseorang baru" menjadi segelintir rasa pahit di ujung hubungan. Mungkin Rheina adalah penengah yang akan mengantarkan kekasihnya itu ke tangan yang lain. Tangan yang lebih tepat nan lekat. Rheina mengakui bahwa ini bukan kisah yang kental akan rasa manis. Karena berakhir dengan bisu dan sembilu.
"kepada video yang dibuatkan khusus untukku, buku buatan tangan khusus buatku, lampu doraemon bersama dorami, dan semuanya..terima kasih" sahut Rheina merapikannya dan menyimpannya. "sudah saatnya kalian beristirahat dan bersembunyi untuk waktu yang lama. Sudah lelah kalian bermain di antara senang dan gembiraku"

Rheina terperanjat. Mengucapkan syukur. Bahwa ia masih memiliki berbagai orang di belakangnya. Keluarga dan teman-teman yang tak dapat ia sebutkan satu persatu. Semuanya memiliki peran masing-masing untuk bermain dalam kisah pendek Rheina. Semuanya sebagai protogonis di tengah bagian yang tragis.

"untuk seorang wanita yang sempat menganggap saya adalah perebut lelakimu, ambillah dia. pergilah." Rheina berdeham sejenak. "aku telah memutuskan untuk memilih jalanku sendiri. Sungguh bodohnya aku untuk menunggu keputusan orang lain. Mengharapkan jawaban orang lain. Tidak. Inilah hidupku dan akulah yang putuskan jalanku"

Rheina berjalan pelan, pergi meninggalkan segala pahitnya. "ini akan berubah menjadi manis bila tiba pada waktunya" ucapnya sambil tersenyum getir.


Tuesday, January 11, 2011

Moret (lagi)







sekian galeri kecil2an dari meong photo. haha :D

Malam - 11:27


Bernyanyi di tengah api menyala

Panas dan meleleh di antara gelap yang tajam

Meringkuh tak bertenaga

Seakan aku ingin marah dalam bayangan kosong

Tak ingin aku membuat catatan sejarah hidup yang penuh kemurkaan

Protes akan keadaan semu – tak nyata

Bersembunyi di gunung penuh semak perdu pun takkan mampu…

Takkan mampu membangunkan catatan yang kian lelah akan kehidupan

Berjuang dalam putihnya bait dan baris

Tak mampu lagi aku mengandalkan tangan kuat itu

Begitu rapuh dan lemah... bahkan hanya untuk menorehkan tulisan-tulisan kecil

Gemercik yang kian lenyap semakin buat pita suaraku tercekik

Kuatnya nada kian layu dan kelu

Layaknya sebuah catatan kosong tanpa perjuangan

Langit seakan memberi wajah berbeda..begitu datar tanpa sahutan

Begitu sayup dan tak terdengar

………………

Mati

Hembusan terasa semakin pelan dan tak terasa manisnya – hambar

Kalut

Ketenangan hanyalah menjadi sebuah risau dalam alunan yang berbeda

Ya, berbeda…


Jiwa yang rayu - patetis - tragis

Untuk sayap-sayap biru bening dan mudah retak

Disitulah aku memanggilmu..

Saat dinamika kian riuh dan tak berarti

Untuk secangkir kopi dingin tak beraroma

Tak pekat dan tak lekat akan nilai keadilan

Begitu luntur nan lentur akan sebuah kepiawaian

Untuk sebuah nadi-nadi tak berdarah

Aliran yang terhenti akan cinta dan mesra

Miris mengiris tak berdaya

Terlena… (pasrah)

Untuk bunga tak berkelir

Letih akan rona

Bias tak berarti..

(saat langkah tak tertuju, tempat penuh dengan buku, riuh lalu lalang di sebuah kota berpolusi)