Sunday, October 31, 2010

Fotoku


Haha..setelah memiliki kamera, gw iseng-iseng motret temen gw dan menjadikan mereka sebagai model.. :9

Tuesday, October 26, 2010

Lalu, apa yang Anda pilih?

Tersenyum lagak jatuh hati, menangis lantas tersakiti. Selingkuh, mendua, menyukai, lantas sakit lagi..oh, seperti nonton DVD saja yang telah diketahui awalan, klimaks, serta akhirnya. Pernah terlintas apakah lebih baik tidak menyukai siapa-siapa sehingga perasaan menjadi lebih stabil dan tidak labil sampai-sampai galau dengan beberapa pernyataan orang-orang twitter di malam hari. Terlalu menye-menye dan gak tau sampai kapan berakhir. Orang yang jomblo di tanya: “kapan punya pacar?” Udah punya pacar di tanya lagi: “kapan nikahnya?” udah nikah di tanya lagi: “kapan punya momongan?” selanjutnya, tanyakan saja pada saya: “kapan anda meninggal?”

Teringat oleh saya beberapa tahun yang lalu melihat teman yang benar-benar bersedih dan berpikir tidak akan menikah dan lebih fokus untuk urusan kerjanya nanti. Punya keluarga, teman, dan uang. Lantas? Apa lagi yang kurang? Bukankah itu sudah cukup? Gunakan saja uangmu itu untuk berlibur keliling dunia bersama kawan atau keluarga. Bukankah sudah merasa bahagia? Bahkan kalau anda sakit hati atau putus karena cinta, anda akan lari ke mana? Tentu saja, SAHABAT dan KELUARGA. Rite? (baiklah, kalau beberapa di antara pembaca merasa tidak setuju. sah sah saja itu)

Tak lama saya membaca tulisan seorang teman yang mengungkapkan bahwa: “Why should a woman wait , while a man choose ?”. Baiklah, mari merenung sejenak dan mengingat bahwa perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan memang tidak sebanding. Perempuan jadi berkesan pajangan indah yang bisa di raih bahkan dijadikan cadangan. Ketika dibeli cukup mahal harganya dan bila tak digunakan lagi bisa-bisa pecah dan sulit untuk kembali. Kalau pun maju, takut dibilang agresif. Kalau pun pasif, takut dijadiin cadangan. Loh loh? Jadi harus gimana doong?

Beberapa minggu yang lalu saya menghadiri pernikahan seorang teman di daerah Jakarta timur. Cukup sederhana namun hangat akan sapaan dan canda tawa. Bagaimana rasanya menikah itu? menyenangkan? Menggairahkan? Beberapa kawan yang menikah muda saya tanyakan pertanyaan ini. “menikah itu menyenangkan, ada yang memperhatikan” jawab temanku yang pertama. “yaa..kalo memang cocok ya menikah itu enak2 aja kok. Tapi selama belum menikah sebisa mungkin ya cari pengalaman.” Jawab temanku yang kedua. Jawaban-jawaban ini masih terasa semu rasanya. Entah hanya saya yang merasa demikian atau tidak (mungkin mereka menjawab demikian karena masih pengantin baru dan saya itu pikir itu jawaban yang wajar dan lumrah). Setelah menikah, lantas bagaimana kehidupan nanti? Apakah bakal sama kayak orang pacaran yang suaminya bakal jajan ke mana2? Ya emang sih, gak bisa di generalisasi kalo laki-laki akan melakukan hal yang sama. Tapi, beberapa case yang saya dengarkan dari “radio malam hari” gak jauh2 dari pereselingkuhan pasangan dalam rumah tangga. Kembali lagi: “gak ada yang bener2 sejati”

Single, in relationship, its complicated, married itu semua pilihan. Seperti status di sebuah jejaring sosial yang menurut saya adalah ruang publikasi efektif untuk memberitakan sebuah eksistensi seseorang. Well, saya tidak mau terlalu banyak bercuap-cuap terlalu jauh. Bagaimana pun juga, hidup itu memang adalah sebuah pilihan.