Wednesday, June 30, 2010

Rasa yang bisu

Aku tersenyum pahit saat menyatakan rasaku pada perempuan itu. Bukan karena ia tak suka aku, bukan pula karena caraku mengucapkan perasaan dengan perkataan yang salah. Matanya yang lembut berselimut genangan air mata kian membahasai pipi. Betapa perihnya saat ia mendengar “aku sayang kamu Flo.”

*

Bila dikatakan penggemar terberat, aku lah fans setianya yang bersedia melakukan apa pun. Perempuan berambut pendek itu bagaikan sel yang memenjarakan hatiku. Tubuhnya yang mungil menceriakan gairahku untuk terus tersenyum—layaknya semangat yang terus mengalir di urat nadi. Dua tahun sudah aku memujanya—tepatnya sejak umurku menginjak 15 tahun. Ia terus membuatku berpikir dan terus berpikir, bagaimana aku dapat memilikinya. Mendekatinya saja aku tak bernyali! Bibir tipisnya menghasilnya senyuman indah—Flo Richie. Nama yang kian membuatku hampir menggila.

*
“Ray! Udah tau belum? SI Flo udah jadian sama Kay.” Ujar kawanku sembari menepuk pundakku yang kian memberat. “hey Ray, elo baik-baik aja kan? Udahlah, cari cewek lain aja!” Lio berusaha menghiburku. Ia tahu bahwa aku amat memuja Flo. Aku menghela napas panjang dan berusaha ini hanyalah candaan belaka.


*

Aku membenamkan diri di tengah bantal-bantal empuk. Pikiranku melayang dengan apa yang telah dikatakan Lio. Flo telah menemukan seseorang yang tepat di dalam hidupnya! Aku hanyalah pecundang yang dapat melihatnya dari jauh. Paling tidak, aku hanya membantunya mengerjakan tugas layaknya pertemanan biasa, layaknya tidak ada rasa dalam hatiku. Bersikap biasa padahal debaran jantung kian cepat ketika berada di sampingnya. Andai aku bisa mengungkapkan perasaanku dengan berani—andai saja.


*

Menjelang kelulusan, aku mendengar kabar bahwa Flo tidak lagi menjalin hubungan dengan pria itu. Betapa leganya hatiku saat mengetahui bahwa kabar itu bukanlah gosip belaka! Saat acara kelulusan, ku sapanya dirinya.
“hay Flo!” sapaku sembari tersenyum.
“Hai Ray!!! Kita udah lulus sekarang. Ketika kuliah nanti, kita akan sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi gw harap kita masih bisa kumpul bareng lagi.” Ujar Flo dengan nada sedih. Aku menatap matanya. Sungguh indah! Saat ku jabat tangannya, di situlah sesuatu terbesit di dalam benakku. Agak gila mungkin, tapi aku bersedia melakukan ini demi Flo!

*
Usai kelulusan SMA, aku mencari tahu tempat kuliah Flo dan jurusan apa yang ia geluti. Ya, aku akan berada di sampingnya dengan cara yang berbeda. Aku akan menjadi orang yang paling dekat di banding dulu. Aku yakin itu!

*
Seperti dengan apa yang aku rencakan sebelumnya, aku benar-benar menjadi orang yang paling dekat dengannya di bangku kuliah. Bahkan aku dapat bermain-main di kamarnya dan melihat suasana di dalamnya. Aku mengetahui apa yang tak di ketahui orang lain. Aku dapat memegang tangannya tanpa rasa takut dan rasa janggal. Ia juga nyaman bersamaku. Oh, indahnya dunia!

*
Waktu berlalu dengan cepat bersamanya. Itulah yang aku rasakan sebenarnya. Aku berpikir sejenak bahwa ia harus mengetahui apa yang aku rasakan. Betapa aku sangat memujanya saat kami mulai masuk di bangku sekolah. Ya, harus kuungkapkan rasa ini segera!

*

Aku bertemu janji dengannya di sebuah taman kota yang sangat indah. Bunga yang segar dan aroma rumput yang tak biasa karena musim berganti dengan sempurna kawan!—itu menurutku. Agak tegang rasanya, pertama kalinya aku mengungkapkan perasaanku dengan amat sangat jujur. Hubungan kami sekarang sangat lah dekat. Beda jauh dengan yang dulu. Aku melirik jam tangan dan melihat ia sudah datang di ujung jalan itu. Ia mendekatiku perlahan sembari tersenyum dan membuat debaran ini semakin kencang. Flo duduk di sampingku dengan penuh tanya, mengapa aku memintanya bertemu di tempat seperti ini. Di mana banyak pasangan sejoli duduk bersama menghabiskan waktu berdua.
“jadi, untuk apa kita ke sini?” Tanya Flo dengan wajah manisnya.
“hmm…gini Flo” ujaku terbata-bata, bingung harus memulai dari mana. Tiba-tiba ia memegang tanganku.
“kalo ada sesuatu ayoo di ceritakan.” Ungkapnya dengan rasa ingin tahu. Entahlah, aku bingung harus mengatakan apa.
“hmm…aku sayang kamu Flo!” aku berkata dengan cepat. Flo terdiam sejenak.
“apa? kamu gila ya?” kening Flo berkerut.
“Flo, aku Ray. Temen SMA kamu dulu..”
Flo bingung dan kanget. Wajahnya kalut sesaat setelah mendengar ucapan ku barusan. Bagaimana tidak? Karena aku bukanlah dalam bentuk Ray yang sesungguhnya. Seseorang yang berada di hadapan Flo saat ini adalah bentuk penyamaranku sebagai perempuan. Ku ganti bentuk fisikku menjadi perempuan. Bahkan suaraku seperti perempuan sesungguhnya. Cukup beresiko untuk mengganti fisik menjadi perempuan, tapi itu kutempuh demi menjadi sahabat perempuan Flo yang paling dekat. Karena dengan cara itulah, aku dapat membiasakan diri untuk dekat dengannya, sekaligus memberanikan diriku untuk mengungkapkan perasaanku.
“ini cara kamu untuk mengungkapan semuanya? Ini cara kamu untuk mendekati aku?”Tanya Flo bergetar.
“maafkan aku Flo, karena..karena..aku merasa tidak pernah menjadi orang yang spesial bagi kamu. Karena itu, aku berusaha sekuat tenaga.” Aku melihat Flo menitikkan air mata.
“kenapa kamu begitu bodoh? Kamu tidak perlu berusaha sekuat tenaga! Karena sesungguhnya, kamu pernah menjadi orang yang spesial untuk aku! Tapi kamu tidak menyadari itu. Sungguh, aku pernah menyayangi kamu. Tapi ku pikir, aku hanyalah teman biasa bagi kamu!”

Aku diam dengan tangan gemetaran. Mengapa aku tak menyadari hal itu sedari dulu? Mengapa aku begitu bodoh untuk melakukan ini semua? Suasana hentak menjadi bisu..antara aku dan Flo, tak dapat berucap lagi. Yang terdengar hanyalah isak tangis yang gamang.